Webmaster SEO Tools

Free xml sitemap generator

Halaman

Kembangkan Penelitian Tepat Guna, Faperta Unpad Temukan 490 Varietas Ubi Jalar

Seolah menjawab pandangan masyarakat yang menyoroti kurangnya perguruan tinggi mengembangkan penelitian tidak tepat guna, sebuah tim di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran bekerja sama dengan mitra pengusaha di bidang ubi jalar. Sabtu lalu (25/9), tim yang dipimpin oleh Dr. Agung Karuniawan itu menggelar field visit atau kunjungan lapangan penyesuaian antara pengguna dengan akademisi budidaya.

Mitra mereka dalam pengembangan ubi jalar tersebut adalah PT Galih Estetika dan PT Techtar Farm & Food. Sekitar Mei tahun lalu, tim peneliti ini menerima plasma nutfah dari kedua mitra untuk kemudian dikembangkan dalam penelitian, guna mencari solusi dari berbagai persoalan yang muncul dalam usaha mereka.

Dari delapan jenis plasma nutfah yang diserahkan PT Galih dan sebelas lainnya dari PT Techtar, Unpad telah menemukan lebih dari 490 varietas baru ubi jalar. Di antara jenis-jenis ubi Jepang yang dikembangkan adalah Naruto Kintoki, Kokei 14, dan Ayamurasaki.

Ir. Cahya Irawan dari PT Galih Estetika yang hadir dalam kesempatan itumenyebutkan, "Ubi Jepang produktivitasnya belum bagus, dengan adanya penelitian dari lembaga ini kita berharap menemukan jenis ubi yang bisa dijual di Jepang."

Terkait kepercayaan untuk menjalin kerja sama dengan Unpad, Cahyamenjelaskan pihaknya sudah banyak melihat kinerja Unpad di luar. Keberadaan lembaga penelitian yang mau mengembangkan budidaya ubi jalar ini termasuk baru di Indonesia. Karena itulah pengusaha dan petani ubi jalar sering menghadapi kendala untuk mengembangkan usaha mereka.

PT Galih Estetika sendiri merupakan perusahaan yang mengolah ubi menjadi berbagai olahan seperti adonan ubi, slice, dan ubi goreng. Sejak berdiri 1993 lalu, perusahaan tersebut menjual hasil produksinya ke Jepang. Kini pasar mereka sudah merambah ke Korea.

Setiap hari mereka membutuhkan bahan baku sekitar 30 ton dan kebutuhantersebut dari tahun ke tahun selalu meningkat. Dalam sebulan dibutuhkan 400 hingga 500 ton ubi jalar varietas Jepang, namun karena terkendala produktivitas jenis tersebut, perusahaan itu pun kesulitan memenuhi ekspektasi pasar.

Dibandingkan dengan ubi lokal, varietas Jepang memiliki keunggulan dari segi cita rasa, warna kulit, tekstur, warna daging, dan kadar air. Sayang, produktivitas yang rendah membuat petani tak terlalu tertarik untuk menanam jenis ubi tersebut. "Dibandingkan ubi lokal, produktivitas varietas Jepang masih jauh di bawahnya," tambah Cahya.

Dalam pengembangan yang dilakukan tim dari Faperta Unpad, setiap petak diisidengan tiga populasi, yakni varietas Jepang, Cilembu, dan varietas lokal yang unik karena dipandang memiliki kelebihan tertentu menurut petani. "Kamisurvei ke seluruh Jawa Barat, mengombinasikan mereka, deskripsikan, dan silangkan," jelas Agung.

Hari itu mereka bisa memanen generasi hasil stek pertama, setelah musimsebelumnya dipanen dari hasil biji. Agung sebenarnya sempat khawatir dengan kondisi curah hujan yang tinggi. Setelah dilihat hasilnya, ternyata masalah tersebut tidak berpengaruh banyak pada panen mereka.

Melihat sepintas, PT. Galih pun puas melihat hasil tersebut. Telah ditemukan 225 varietas baru dari delapan plasma nutfah yang sebelumnya diberikan perusahaan olahan ubi jalar itu dan Cahya menyeleksi semuanya satu persatu. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan kualitas umum yang dibutuhkan pabrik. Di antara faktor penilaian adalah warna daging dan ketahanan terhadap penyakit.

Secara umum kriteria ubi Jepang yang mereka terima adalah yangberumur umur minimal 4 bulan, berat minimalnya 2 ons, dan diameter kira-kira 4 cm. "Makin besar makin bagus, selama itu varietas Jepang," kata Cahya. Penjelasan tersebut membuat Agung merasa lebih lega karena mayoritas ubi yang dipanen hari itu berukuran jauh lebih besar dari ubi yang biasa dijual di pasaran.

Setelah lolos seleksi di kebun, ubi-ubi terpilih masih harus menjalani pengujian lanjutan di perusahaan tempatnya bekerja. Kalau sudah memenuhi kualitas yang dibutuhkan, kerja sama lebih lanjut akan diteruskan dengan peneliti Unpad dalam hal pengadaan bibit untuk diteruskan kepada petani.

Hasil penelitian ubi jalar ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademiskarena dalam prosesnya dilakukan sebagai bahan kajian untuk skripsi dan tesis mahasiswa Faperta Unpad. Ke depannya, Unpad berencana untuk terus mengembangkan penelitian tersebut pada aspek peningkatan daya tahan dan persoalan-persoalan lainnya. Tentu saja, semua diarahkan pada bertemunya kebutuhan user dengan kemampuan akademisi di bidang penelitian.

Sementara itu, panen kebun hasil kerja sama dengan PT Techtar baru akandilakukan pekan depan. Meskipun demikian, Taryana yang merupakan pemilik perusahaan tersebut turut hadir dalam kunjugan hari itu.

Ia mengaku terkesima dengan hasil yang dilihatnya pada varietas Jepang. "Mudah-mudahan pada ubi Cilembu hasilnya sebagus ini," tuturnya bersemangat.

Taryana menunjuk pada pohon ubi di dekatnya dan mengatakan, "Petani pastisenang kalau melihat panen seperti ini." Ia menunjuk pada pohon dengan ubi yang besar-besar dengan perkiraan mencapai 1,5 kg per pohon. Ini jauh dari pencapaian pada umumnya di mana berat sedemikian besar baru bisa dicapai setelah menimbang beberapa pohon sekaligus.

Menunggu pekan depan untuk tiba, Taryana mengaku harap-harap cemas. Semogasaja kejutan dari kebun yang akan ia lihat nanti akan menjadi kejutan yang menyenangkan baginya.

1 komentar:

Toko Online Ramuan Madura mengatakan...

wah sangat membantu tulisannya..

Posting Komentar

jangan lupa untuk di praktekkan ya sobat squad1 and happy blogging :)